after Rudi___Jendela Apresiasi___: June 2007

Salam Hangat..., Di Blog Saya ( RUDI )

|| Muka Depan || Tentang Rudi || Hubungi Rudi ||

Saturday, June 09, 2007

HEBATNYA BANGSA INDONESIA



Anda orang Indonesia ?
Masih tinggal di Indonesia ?
Di Jakarta?
Ke kantor naik bis umpel-umpelan?
Lalu lintas macet?
Pernah Naik kereta super ekonomi ke Yogya orsurabaya ?
Pernah kebajiran?
Pernah dipalakin di bus sama gerombolan preman?


Ok, sekarang saya serius.

Kalau Ada yang bertanya: apa sih yang bisa dibanggakan for being
Indonesian? Maka jawaban saya adalah : Kita.

Kita harus bangga karena kita orang Indonesia Bisa dan Biasa hidup
susah!!! Becanda lagi nih?
Nggak, saya Serius!! Saya nggak boong.
Kalau saya boong biarkan Tuhan memberikan cobaan yang berat pada saya
(red : katanya harta yang berlimpah merupakan cobaan yang
berat)Kemampuan
untuk hidup susah (saya sebut aja "survival ability" ya) tidak dimiliki
orang-orang yang lama hidup di negara-negara mapan.
Boss saya (orang India) pernah cerita: suatu ketika teman-nya-sebut
saja Sarukh dan keluarganya -pamit pada boss saya pulang ke negara
asalnya ?
India yang murah meriah untuk menikmati pensiun dini, setelah 15 tahun
kerja di Singapore .
Eeeeeee? ... belum satu tahun pamitan pulang ke India ? si Sarukh sudah
balik lagi ke Singapore , dan kali ini minta bantuan Boss saya untuk
dicariin kerjaan lagi di Singapore.

What happened? Tanya boss saya.
Sarukh bercerita, setelah pulang ke India , anak remajanya yang
dibesarkan di Singapore menjadi rada-rada stress dan menjadi pasien
tetap psikiater di sana. Selidik-punya selidik agaknya hal itu
disebabkan karena Anaknya Sarukh tidak bisa menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan dari kondisi yang sangat mapan ( Singapore) ke
kondisi yang sebaliknya (India ).
Jadi, dalam hal ini, anak si Sarukh yang sudah biasa hidup dalam
kemapanan tidak punya "kemampuan bertahan waras" untuk hidup di negara
yang belum mapan. Demi kebaikan anaknya, akhirnya si Sarukh memutuskan
menunda pensiun dini-nya dan kembali kerja di Singapore .
Kalau kita-kita yang sudah biasa hidup susah di Jakarta , pindah or
berkunjung ke India sih nggak ada masalah.
Saya jadi ingat, 2 tahun lalu ketika saya dan rekan-2 kerja saya
berkunjung ke India, boss saya wanti-wanti untuk : bawa obat sakit
perut, dan selama di India hanya minum-minuman dari botol/kaleng.
Kalau ke restoran local jangan sekali-kali minum air putih yang
disediakan dari dari Teko/ceret di restoran tersbut, karena Kebersihan
Airnya tidak terjamin, dan biasanya perut orang asing tidak siap untuk
itu; begitu nasehat boss saya.
Pada waktu itu satu rombongan yang berangkat ke India terdiri dari 5
orang. Satu orang Jepang ? dari Jepang, dua orang Singapore dan dua
orang Indonesia (termasuk saya baru sebulan kerja di Singapore ). Dalam
2 minggu kunjungan ke India , kolega dari Singapore dan Jepang langsung
menderita diare di Minggu pertama ke India , ? diselidiki, kemungkinan
penyebabnya adalah mereka pernah memesan kopi atau teh di restoran
local pada saat makan siang (yang tentunya tidak dari botol), Sementara
si orang Jepang, walaupun secara ketat dia hanya minum-minuman botol
atau kaleng selama makan di restoran-restoran lokal, terkena diare
diduga karena si orang jepang ini menggunakan air keran dari hotel
untuk berkumur-kumur selama sikat gigi.
Sedangkan saya dan satu orang rekan lagi dari Indonesia , sehat
walafiat tidak menderita suatu apapun selama di sana (mungkin karena di
Indoneisa, sudah terbiasa jajan es dipinggir jalan yang mungkin airnya
tidak lebih bersih dari air di restoran-restoran India)

What is the moral of the story?
Kita harus bangga karena Kita bisa lebih baik dari orang Jepang dan
Singapore!!! ! (at least, dalam hal ketahanan perut).
Cerita lainnya lagi, bulan lalu saya di kirim kantor (yang base-nya di
Singapore) untuk mengikuti sebuah workshop di Rio de Janeiro Brazil
Total waktu trempuh saya dari Singapore ke hotel saya di Rio de Janeiro
Brazil adalah 36 jam (termasuk 5 jam transit di Eropa). Sebenarnya,
dari Singapore ke Brazil , jalur yang paling umum dan cepat adalah ke
arah Timur, transit di Amerika, terus ke Brazil .
Dengan jalur ini saya perkirakan, dalam 26-30 Jam saya sudah bisa
mencapai Brazil.
Cuma, karena saya orang Indonesia , untuk transit di Amerika pun saya
butuh apply VISA Amerika, yang mana proses aplikasi visa tersebut
memerlukan waktu sedikitnya 2 minggu. Padahal, saya tidak punya waktu
sebanyak itu. Alhasil, yah begitulah, saya harus memilih rute yang
sebelaliknya, mengeliling belahan bumi bagian barat, transit di
Amsterdam , dengan waktu tempuhnya 6- 10 jam lebih lama. Jadinya, cukup
melelahkan, tapi nggak apa-apa, namanya juga orang Indonesia, harus
terbiasa dengan hal-hal yang susah-susah.

Saya sampai di hotel di Rio, hari minggu jam 11 Malam.
Dan keesokan paginya saya langsung mengikuti workshop di sana. Walaupun
masih terasa lelah, saya tetap berusaha untuk terlibat aktif dalam
workshop pagi itu, dengan mengajukan pertanyaan atau memberi masukan
atas pertanyaan peserta lainnya.

Pada saat istirahat, saya sempat berbincang-bincang dengan
kolega-kolega dari Jerman peserta workshop itu. Beberapa dari
mereka mengeluh kecapaian dan menderita "jet lag", karena mereka
telah menempuh 12 jam perjalanan dari Jerman, dan baru saja tiba di
Brazil hari minggu siang, sehingga belum cukup waktu istirahat untuk
adaptasi Jet lag, begitu keluh mereka.

Lalu, saya berkata pada mereka, bahwa sebenarnya mereka lebih beruntung
dari saya, karena saya harus menempuh 36 jam perjalanan dari Singapore,
dan baru tiba di hotel pukul sebelas malem, kurang dari 12 jam sebelum
workshop dimulai. Mereka tertegun, salah seorang dari mereka bertanya
pada saya: "Tapi kamu naik pesawat, di kelas Bisnis khan?"

"Tidak, jatah saya Cuma kelas ekonomi", jawab saya lagi.
Mereka terlihat semakin terkagum-kagum (atau kasihan?), dan salah
seorang dari mereka memuji. "Its very impressive, you guys Singaporean
are really-really hard workers" "I'm not Singaporean, I'm Indonesian
working in Singapore " jawab saya dengan bangga.
Agaknya, hari itu saya menjadi cukup terkenal di kalangan kolega dari
Jerman, hanya karena terbang selama 36 jam dari Singapore 12 jam
sebelumnya dan masih bisa secara aktif mengikuti workshop tersebut.
Saya tahu kalau saya menjadi pembicaraan mereka , karena sewaktu makan
malam, kolega dari jerman lainnya - yang saya tidak pernah ceritakan
mengenai perjalanan saya dari Singapore bertanya pada saya tips and
trick supaya bisa tetap segar setelah menempuh perjalanan begitu lama
(ini
berarti dia mendapatkan cerita saya dari kolega jerman lainnya).

Saya bingung jawabnya. Ingin sekali saya menjawab:
"Berlatihlah dengan naik kereta api super ekonomi dari Jakarta ke
Surabaya di saat-saat mendekati hari lebaran.
Kalau Anda terbiasa dengan alat transportasi ini- di mana tidak hanya
species
"Homo Sapiens" yang bisa menjadi penumpangnya , dan di tambah lagi
waktu
tempuhnya yang
lama sekali karena hampir di setiap setasion harus berhenti, maka Anda
akan
bisa menaklukkan semua alat transportasi terbang apapun yang di muka
bumi ini".

Namun, saya urungkan memberi jawaban di atas, karena saya khawatir dia
tidak akan mengerti atas apa yang saya jelaskan, dan saya yakin mereka
tidak bisa "survive" dengan alat transportasi ini, yang fasilitasnya
tentu jauh dari kelas Bisnis pesawat terbang (Note: kolega saya dari
jerman, otomatis mendapat fasilitas kelas bisnis di pesawat apabila
waktu tempuhnya lebih dari 10 jam).

Seminggu, setelah saya pulang dari Workshop di Brazil, entah karena
terkagum-kagum dengan "kemampuan hidup susah" (dari sudut pandang
mereka) yang saya miliki, atau karena alasan lainnya, kolega saya dari
Jerman yang saya temui di Brazil , menghubungi atasan saya yang
intinya
meminta saya untuk ditugaskan ke Jerman, membantu project yang saat ini
sedang berjalan di sana.
Alhasil, bulan September ? November saya akan bergabung dengan
kolega-kolega di Jerman menyelesaikan project di sana. Cukup
membanggakan, karena, kata boss saya, ini kali pertama "Kantor Pusat"
meminta bantuan dari kantor cabang untuk mensupport project yang sedang
mereka kerjakan di kantor pusat.

Jadi setelah membaca tulisan ini, saya harap pembaca sekalian punya
alasan semakin bangga menjadi orang Indonesia .

Kalau anda lagi di luar negeri dan ditanya "Anda dari mana?"

Jawablah dengan bangga:

Ya, Saya dari Indonesia ,
Negara yang lagi susah,
Saya juga hidupnya susah
Tapi saya bisa "survive", Dan saya bangga karenanya!!!
Any Problem???